Advertisement

Latest News

Sejarah ditulis oleh para pemenang.

By agussodagar - Rabu, 12 September 2012




PERHATIAN BUAT PARA PEMBACA NEW.TITUIT.COM
  • Sebagian Artikel Berita Foto Video news.tituit.com ini berasal dari berbagai sumber yang ada di internet .
  • Hak cipta Artikel,berita,foto,video news.tituit.com menjadi milik sumber berita ,artikel,video,foto dan materi terkait.
  • News.tituit.com tidak ada maksud untuk membajak hak cipta karya manapun.
  • Artikel,berita,foto,video materi news.tituit.com semata mata hanya untuk documentasi , selanjutnya untuk di manfaatkan sebagai media berbagi informasi dan silaturrahmi.
  • Segala metari news.tituit.com hanya untuk pembelajaran guna menanamkan suka baca dan tulis .
  • Jika ada yang tidak berkenan tulisanya di tampilkan di news.tituit.com , kami harap untuk melapor kepada admin, kami tidak keberatan untuk menghapus materi tersebut.
  •  Jika materi ini bermanfaat , saran kami jangan lupa memberi konstribusi kepada sumber materi terkait.
  • Bila ada materi yang tidak di sebutkan sumbernya , kami mohon maaf.
    Demikian pengumuman singkat terkait materi yang ada di news.tituit.com dan atas perhatianya kami ucapkan terimakasih, dan selamat membaca.
    -
    Sejarah ditulis oleh para pemenang. Saya meminjam kata-kata  ini dari sebuah video game Sejarah ditulis oleh para pemenang. Saya meminjam kata-kata  ini dari
    sebuah video game. Memang benar mari kita nerandai-andai. Jika
    misalnya  saja  dahulu  para  leluhur  kita  gagal  mempertahankan
    kemerdekaan yang berhasil kita rebut, maka bisa jadi segala sejarah
    heroik  kephalawanan  pendahulu  kita  hanya  akan menjadi  sejarah
    pemberontakan dalam buku-buku SD kita.
    Catatan ini ditulis setahun yang lalu ketika bangsa ini merayakan 64
    tahun kemerdekaannya. Namun dibalik slogan merdeka itu ternyata
    tersembunyi berbagai macam  ironi.
    Mulai dari kemerdekaan  itu sendiri. Meskipun kita  tidak  lagi dijajah
    secara  fisik, namun  ternyata kita masih dijajah dalam berbagai hal
    lain. Misalnya saja secara ekonomi dan  ideologi.
    Sangat miris ketika para pemuda kini  lebih menggandrungi buku-buku
    dengan paham sosialis dan kampus-kampus kita menjadikan buku-
    buku  dengan  paham  kapitalis  liberal  sebagai  kitab  suci  mereka.
    Padahal  dibalik  semua  itu  bahkan  mahasiswa  mulai  enggan
    mengambil mata  kuliah Pancasila meskipun  itu mata  kuliah wajib.
    Bagaimana sosialis dan kapitalis bisa berkembang dengan pesat di
    negeri  ini  disaat  Pancasila  mulai  ditinggalkan  dan  dilupakan?
    Sungguh sangat  ironis.
    Bahkan  bangsa  ini  pun  kembali  mempertanyakan  untuk  apa  kita
    merdeka. Mengapa kita  tidak menjadi negara persemakmuran saja
    seperti  Australia  misalnya,  atau  jika  kita  mau  bersabar  mungkin
    Belanda mau memberikan  kita  kemerdekaan  sebagaimana  Inggris
    memberikannya pada Malaysia.
    Terlepas dari  itu semua, kemerdekaan  tidak bisa diukur secara materi.
    Kemerdekaan  adalah  masalah  prinsip  dan  harga  diri.  Dimana
    sayangnya  kedua  hal  tersebut  mulai  menghilang  di  zaman
    matrealistis  ini.

    Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

    0 komentar for "Sejarah ditulis oleh para pemenang."

    Leave a Reply

    Advertisement