Pengendalian Limbah Cair Tahu dengan Sistem Anaerobik
By agussodagar - Sabtu, 04 Agustus 2012
Pengendalian Limbah Cair Tahu dengan Sistem Anaerobik
Salah satu dasar pertimbangan dalam pemilihan teknologi
pengolahan limbah cair adalah karakteristik limbah cair (Pusteklim,
tanpa tahun).
Dengan melihat karakteristik limbah cair tahu di atas, maka
limbah cair tahu tergolong limbah cair yang mengandung bahan organik
yang tinggi dan pada umumnya biodegradable atau mudah diurai oleh
mikrobia. Kondisi tersebut akan sangat menguntungkan untuk diolah
dengan proses biologis, yaitu memanfaatkan kehidupan mikrobia untuk
menguraikan zat organik. Menurut Metcalf dan Eddy (1991), penanganan
limbah secara biologik adalah untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut
dan bahan padat koloid yang tidak mengendap (non settleable colloid
solid).
Jenie dan Winiati (1993) menyatakan bahwa sistem biologik
merupakan sistem utama yang digunakan untuk menangani limbah organik
secara aerob maupun anaerob. Proses-proses yang berlangsung
berdasarkan pada dasar-dasar mikrobiologi. Mikroorganisme
Beberapa alasan yang dipakai untuk penggunaan proses anaerobik
dalam penanganan limbah antara lain : laju reaksi lebih tinggi dibanding
aerobik, kegunaan produk akhir dan stabilisasi bahan organik (Wagiman,
2004)
Karakteristik proses pengolahan anaerobik dapat dijelaskan
sebagai berikut (Pusteklim, tanpa tahun) :
1. mampu menerima beban organik yang tinggi per satuan volume
reaktornya sehingga volume reaktor relatif lebih kecil dibandingkan
dengan proses aerobik
2. tanpa energi untuk prosesnya tetapi dapat menghasilkan energi
3. menghasilkan surplus lumpur yang rendah
4. pertumbuhan mikroba yang lambat
5. membutuhkan stabilitas pH pada daerah netral (6,5-7,5)
Menurut Lettinga (1994) faktor-faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh pada pengolahan limbah secara anaerobik adalah suhu, pH,
adanya nutrien essensial (makronutrien, nitrogen, phosphor, dan
mikronutrien), serta tidak adanya senyawa racun.
Bakteri-bakteri anaerobik mesofilik mampu tumbuh pada suhu 20
- 45
o
C (Jenie dan Winiati, 1993). Proses digesti akan optimum pada
suhu 35 – 40
OC untuk range mesofil dan 55
OC untuk termofil. Nilai dan
kestabilan pH pada reaktor anaerobik sangat penting karena
metanogenesis terjadi pada kisaran pH netral (6,3 – 7,8). Senyawa
racun yang berpengaruh adalah logam berat, senyawa kloro-organik,
oksigen dan sulfida. Sebagian oksigen masuk saat distribusi influen,
namun selanjutnya digunakan dalam metabolisme oksidatif pada proses
asidogenesis sehingga tidak ada lagi oksigen terlarut dalam reaktor
(Lettinga, 1994).
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Pengendalian Limbah Cair Tahu dengan Sistem Anaerobik"