Advertisement

Latest News

Indonesia is er nog steeds

By agussodagar - Rabu, 12 September 2012




PERHATIAN BUAT PARA PEMBACA NEW.TITUIT.COM
  • Sebagian Artikel Berita Foto Video news.tituit.com ini berasal dari berbagai sumber yang ada di internet .
  • Hak cipta Artikel,berita,foto,video news.tituit.com menjadi milik sumber berita ,artikel,video,foto dan materi terkait.
  • News.tituit.com tidak ada maksud untuk membajak hak cipta karya manapun.
  • Artikel,berita,foto,video materi news.tituit.com semata mata hanya untuk documentasi , selanjutnya untuk di manfaatkan sebagai media berbagi informasi dan silaturrahmi.
  • Segala metari news.tituit.com hanya untuk pembelajaran guna menanamkan suka baca dan tulis .
  • Jika ada yang tidak berkenan tulisanya di tampilkan di news.tituit.com , kami harap untuk melapor kepada admin, kami tidak keberatan untuk menghapus materi tersebut.
  •  Jika materi ini bermanfaat , saran kami jangan lupa memberi konstribusi kepada sumber materi terkait.
  • Bila ada materi yang tidak di sebutkan sumbernya , kami mohon maaf.
    Demikian pengumuman singkat terkait materi yang ada di news.tituit.com dan atas perhatianya kami ucapkan terimakasih, dan selamat membaca.
    -

    Enam  puluh  satu  tahun  yang  lalu  tepat  pada  enam  pagi  sirine berbunyi.  Senapa  berbunyi  dan  dimulailah  kegegeran.  Bukan kembang  api  melainkan  letusan  peregang  nyawa,  itulah  yang dimainkan oleh kakek-kakek kita. Enam  puluh  satu  tahun  yang  lalu  tepat  pada  enam  pagi  sirine
    berbunyi.  Senapa  berbunyi  dan  dimulailah  kegegeran.  Bukan
    kembang  api  melainkan  letusan  peregang  nyawa,  itulah  yang
    dimainkan oleh kakek-kakek kita.
    Meski  negeri  ini  telah  tak  berbentuk.  Di  saat  Sjafroedin
    Prawiranegara memegang tampuk kepemimpinan di pelosok hutan-
    hutan di Bukit Tinggi untuk melanjutkan negeri yang masih bayi ini.
    Dan  tentara  bersama  Panglima  Besarnya  yang  sedang  kesakitan
    melakukan gerilya. Terjadilah momen yang hanya enam  jam  ini.
    Janur  kuning  yang  biasa  menjadi  simbol  romantisme  sepasang
    kekasih yang dimabuk cinta penuh dengan kebahagiaan, kini menjadi
    simbol  romantisme  perjuangan  penuh  darah  untuk  menunjukkan
    pada dunia bahwa IndonesiĆ«  is er nog steeds  (Indonesia masih ada).
    Bagi mereka  cinta mereka  pada  tanah  air  lebih  besar  sehingga
    mereka  lebih memilih menggunakan  janur  kuning  sebagai  simbol
    perlawanan dan bukan sekedar penghias sebuah  resepsi.
    Dimana ada  janur kuning, di situ masih berdiri Indonesia. Janur
    kuning  menjadi  penanda  bahwa  mereka  rakyat  Indonesia  yang
    menurut Belanda sudah tidak ada lagi apa itu Indonesia. Dunia yang
    selama  ini  sependapat  kemudian  menyaksikan  adanya  sebuah
    Negara yang masih kokoh berdiri bernama Indonesia di ujung Timur
    sana.
    Dan enam puluh  satu  tahun pun berlalu dan kini Indonesia mulai
    menghilang  lagi.  Bukan  hanya  di  kancah  Internasional melainkan
    juga di hati para pemudanya. Ketika negeri ini terlalu menyedihkan
    untuk dibanggakan akankah kita memilih untuk memasukan negeri
    lain ke hati kita?
    Ketika  enam  puluh  satu  tahun  yang  lalu  mereka  mengorbankan
    darah untuk menujukkan Indonesia di mata dunia, maukah kini kita
    berkorban keringat untuk melakukan hal yang sama? Ah di saat ini
    tidak ada bedanya antara harapan dan utopia.
    Bolehkah  saya  berharap  minimal  semangat  itu  masih  ada?
    Tampaknya  sekali  lagi pun saya dikhianati oleh harapan kosong.
    Kalau begitu minimal menyempatkan waktu untuk merenungi hari  ini
    dan  itu  hanya  berlaku  bagi  segelintir  orang.  Atau  paling  tidak,
    sekedar meluangkan membaca  tulisan berikut:
    Apakah  Indonesia masih ada?

    Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

    0 komentar for "Indonesia is er nog steeds"

    Leave a Reply

    Advertisement