Proses Transformasi Bahan Organik
By agussodagar - Rabu, 08 Agustus 2012
Pengolahan limbah secara anaerobik mengakibatkan terjadinya
transformasi makromolekul bahan organik menjadi molekul-molekul yang
lebih sederhana. Menurut Lettinga (1994), terdapat empat tahap proses
transformasi bahan organik pada sistem anaerobik, yaitu :
1. Hidrolisis
Pada tahapan hidrolisis, mikrobia hidrolitik mendegradasi
senyawa organik kompleks yang berupa polimer menjadi
monomernya yang berupa senyawa tak terlarut dengan berat
molekul yang lebih ringan. Lipida berubah menjadi asam lemak
rantai panjang dan gliserin, polisakarida menjadi gula (mono dan
disakarida), protein menjadi asam amino dan asam nukleat
menjadi purin dan pirimidin. Konversi lipid berlangsung lambat
pada suhu dibawah 20
OC. Proses hidrolisis membutuhkan
mediasi exo-enzim yang dieksresi oleh bakteri fermentatif .
Hidrolisis molekul komplek dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler
seperti sellulase, protease, dan lipase. Walaupun demikian
proses penguraian anaerobik sangat lambat dan menjadi
terbatas dalam penguraian limbah sellulolitik yang mengandung
lignin (Said, 2006).
2. Asidogenesis.
Monomer-monomer hasil hidrolisis dikonversi menjadi senyawa
organik sederhana seperti asam lemak volatil, alkohol, asam
laktat, senyawa mineral seperti karbondioksida, hidrogen,
amoniak, dan gas hidrogen sulfida. Tahap ini dilakukan oleh
berbagai kelompok bakteri, mayoritasnya adalah bakteri obligat
anaerob dan sebagian yang lain bakteri anaerob fakultatif.
3. Asetogenesis
Hasil asidogenesis dikonversi menjadi hasil akhir bagi produksi
metana berupa asetat, hidrogen, dan karbondioksida. Sekitar
70 % dari COD semula diubah menjadi asam asetat.
Pembentukan asam asetat kadang-kadang disertai dengan
pembentukan karbondioksida atau hidrogen, tergantung kondisi
oksidasi dari bahan organik aslinya.
Etanol, asam propionat, dan asam butirat dirubah menjadi asam
asetat oleh bakteri asetogenik dengan reaksi seperti berikut
(Said, 2006) :
CH3CH2OH + CO2 CH3COOH + 2H2 ........ (pers. 1)
Etanol Asam Asetat
CH3CH2COOH + 2H2O CH3COOH + CO2 + 3H2 ........ (pers. 2)
Asam Propionat Asam Asetat
CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2CH3COOH + 2H2 ......... (pers. 3)
Asam Butirat Asam Asetat
4. Metanogenesis.
Pada tahap metanogenesis, terbentuk metana dan
karbondioksida. Metana dihasilkan dari asetat atau dari reduksi
karbondioksida oleh bakteri asetotropik dan hidrogenotropik
dengan menggunakan hidrogen.
Tiga tahap pertama di atas disebut sebagai fermentasi asam
sedangkan tahap keempat disebut fermentasi metanogenik (Lettinga, et
all, 1994). Tahap asetogenesis terkadang ditulis sebagai bagian dari
tahap asidogenesis.
Fermentasi asam cenderung menyebabkan penurunan pH karena
adanya produksi asam lemak volatil dan intermediet-intermediet lain
yang memisahkan dan memproduksi proton. Metanogenesis hanya akan
berkembang dengan baik pada kondisi pH netral sehingga
ketidakstabilan mungkin muncul sehingga aktivitas metanogen dapat
berkurang. Kondisi ini biasa disebut souring (pengasaman) (Lettinga,
1994).
Berbagai studi tentang digesti anerobik pada berbagai ekosistem
menunjukkan bahwa 70 % atau lebih metana yang terbentuk diperoleh
dari asetat (pers. 1). Jadi asetat merupakan intermediet kunci pada seluruh fermentasi pada berbagai ekosistem tersebut (Main et al.
1977). Hanya sekitar 33 % bahan organik yang dikonversi menjadi
metana melalui jalur hidrogenotropik dari reduksi CO2 menggunakan H2
(pers. 2) (Marchaim,1992).
Reaksi kimia pembentukan metan dari asam asetat dan reduksi
CO2 dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut :
Asetotropik metanogenesis :
CH3COOH CH4 + CO2 ........................................ (pers. 1)
Hidrogenotropik metanogenesis :
4H2 + CO2 CH4 + H2O ........................................ (pers. 2)
Henzen and Harremoe (1983) dalam Lettinga et all (1994)
menyatakan bahwa bakteri yang memproduksi metana dari hidrogen dan
karbondioksida tumbuh lebih cepat daripada yang menggunakan asam
asetat. Kecepatan penguraian biopolimer, tidak hanya tergantung pada
jumlah jenis bakteri yang ada dalam reaktor, akan tetapi juga efisiensi
dalam mengubah substrat dengan kondisi-kondisi waktu tinggal substrat
di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan pH yang yang
terjadi di dalam bioreaktor. Bilamana substrat yang mudah larut
dominan, reaksi kecepatan terbatas akan cenderung membentuk metana
dari asam asetat dan dari asam lemak dengan kondisi stabil atau steady
state. Faktor lain yang mempengaruhi proses antara lain waktu tinggal
atau lamanya substrat berada dalam suatu reaktor sebelum dikeluarkan
sebagai sebagai supernatan atau digested sludge (efluen).
Minimum waktu tinggal harus lebih besar dari waktu generasi metan sendiri, agar
mikroorganisme didalam reaktor tidak keluar dari reaktor atau yang
dikenal dengan istilah wash out (Indriyati, 2005).
Mikroba yang bekerja butuh makanan yang terdiri atas
karbohidrat, lemak, protein, fosfor dan unsur-unsur mikro. Lewat siklus
biokimia, nutrisi diuraikan dan dihasilkan energi untuk tumbuh. Dari
proses pencernaan anaerobik ini akan dihasilkan gas metan. Bila unsur-
unsur dalam makanan tak berada dalam kondisi yang seimbang atau
kurang, bisa dipastikan produksi enzim untuk menguraikan molekul
karbon komplek oleh mikroba akan terhambat. Pertumbuhan mikroba
yang optimum biasanya membutuhkan perbandingan unsur C : N : P
sebesar 150 : 55 : 1 (Jenie dan Winiati, 1993). Namun, aktivitas
metabolisme dari bakteri metanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N
sekitar 8-20 (Anonim, 2005).
Ada beberapa senyawa yang bisa menghambat (proses)
penguraian dalam suatu unit biogas saat menyiapkan bahan baku untuk
produksi biogas, seperti antiobiotik, desinfektan dan logam berat
(Setiawan, 2005).
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Proses Transformasi Bahan Organik"