Perintis Babak Pembaruan Inggris : RATU ELIZABETH I 1533-1603
By agussodagar - Senin, 01 Oktober 2012
PERHATIAN BUAT PARA PEMBACA NEWS.TITUIT.COM
- Sebagian Artikel Berita Foto Video news.tituit.com ini berasal dari berbagai sumber yang ada di internet .
- Hak cipta Artikel,berita,foto,video news.tituit.com menjadi milik sumber berita ,artikel,video,foto dan materi terkait.
- News.tituit.com tidak ada maksud untuk membajak hak cipta karya manapun.
- Artikel,berita,foto,video materi news.tituit.com semata mata hanya untuk documentasi , selanjutnya untuk di manfaatkan sebagai media berbagi informasi dan silaturrahmi.
- Segala metari news.tituit.com hanya untuk pembelajaran guna menanamkan suka baca dan tulis .
- Jika ada yang tidak berkenan tulisanya di tampilkan di news.tituit.com , kami harap untuk melapor kepada admin, kami tidak keberatan untuk menghapus materi tersebut.
- Jika materi ini bermanfaat , saran kami jangan lupa memberi konstribusi kepada sumber materi terkait.
- Bila ada materi yang tidak di sebutkan sumbernya , kami mohon maaf.
Demikian pengumuman singkat terkait materi yang ada di news.tituit.com dan atas perhatianya kami ucapkan terimakasih, dan selamat membaca.
-95 RATU ELIZABETH I 1533-1603
Elizabeth
lahir tahun 1533 di Greenwich,
Inggris. Ayahnya, Raja Henry VIII, perintis babak pembaharuan Inggris. Ibunya,
Anne Boleyn, adalah istri kedua Henry. Anne dipenggal kepalanya hingga
menggelinding bagai sebutir nyiur tahun 1536 dan beberapa bulan kemudian
parlemen keluarkan pengumuman bahwa Elizabeth
yang waktu itu berumur tiga tahun sebagai "anak sundal." (Ini
merupakan sikap umumnya kaum Katolik Inggris yang tidak menganggap sah
perceraian Henry dengan istri pertamanya). Meski ada kutukan parlemen, Elizabeth
dibesarkan dalam rumah tangga kerajaan dan peroleh pendidikan baik.
Henry VIII tutup usia tahun 1547 tatkala umur Elizabeth
tiga belas tahun. Sebelas tahun sesudah itu tidak ada penguasa Inggris yang
bisa dianggap berhasil. Edward VI, saudara tiri Elizabeth
naik tahta antara tahun 1547 sampai 1553. Di bawah pemerintahannya, kentara
sekali politik pro Protestannya. Ratu Mary I memerintah lima
tahun sesudah itu mendukung supremasi kepausan dan pengokohan kembali Katolik
Romawi. Selama pemerintahannya kaum Protestan Inggris diuber-uber dan ditindas,
bahkan sekitar tiga ratus pemeluknya dihukum mati. (Ini menyebabkan ratu dapat
julukan tak sedap: "Mary yang berdarah." Elizabeth
sendiri ditahan dan disekap di Menara London.
Kendati akhirnya dibebaskan, hidupnya dalam beberapa waktu berada dalam ancaman
bahaya. Tatkala Mary tutup usia (tahun 1558) Elizabeth
yang sudah berumur dua puluh lima
tahun naik tahta. Kenaikan ini memberi kecerahan buat penduduk Inggris.
Banyak masalah yang menghalang ratu muda belia
ini: peperangan melawan Perancis; hubungan tegang dengan Skotlandia dan
Spanyol; kondisi moneter pemerintah; dan di atas segala-galanya itu adalah awan
gelap perpecahan agama yang bergantung di atas kepala Inggris.
Kemelut terakhir ini ditangani lebih dulu. Tak
lama sesudah Elizabeth naik tahta,
undang-undang tentang "Supremasi dan Persamaan" disahkan tahun 1559,
menetapkan Anglican sebagai agama resmi Inggris. Ini memuaskan pihak kaum
Protestan moderat, tetapi kaum Puritan menghendaki perubahan yang lebih
drastis. Meskipun menghadapi oposisi kaum Puritan di satu pihak dan kaum
Katolik di lain pihak, selama masa pemerintahannya tetap bertahan memantapkan
kompromi yang tertera dalam undang-undang tahun 1559.
Situasi keagamaan menjadi ruwet dengan keadaan
yang berkaitan dengan Ratu Mary dari Skotlandia. Mary dipaksa meninggalkan
Skotlandia dan melarikan diri ke Inggris. Sesampai di Inggris dia menjadi
tahanan Ratu Elizabeth. Langkah Elizabeth ini bukanlah atas dasar kekerasan dan
semau-maunya: Mary penganut Katolik Romawi dan juga punya tuntutan yang layak
menggantikan tahta Elizabeth. Ini
berarti, andaikata ada pemberontakan atau pembunuhan yang berhasil, Inggris
akan punya lagi ratu beragama Katolik. Selama penahanan Mary yang sembilan
belas tahun itu memang ada beberapa kali komplotan menghadapi Elizabeth
dan ada cukup bukti keterlibatan Mary. Akhirnya di tahun 1587 Mary dihukum
mati. Elizabeth menandatangani
vonis hukuman itu dengan agak ogah-ogahan. Para
menterinya dan umumnya anggota parlemen menginginkan supaya Mary dibunuh lebih
cepat lebih baik.
Pertentangan agama betul-betul membahayakan Elizabeth.
Di tahun 1570 Paus Pius V mengucilkan dan memerintahkannya turun tahta; dan di
tahun 1580 Paus Gregory XIII mengeluarkan pengumuman bahwa tidaklah berdosa
membunuh Elizabeth. Tetapi, keadaan
juga yang menguntungkan Elizabeth.
Sepanjang masa pemerintahannya, kaum Protestan tercekam rasa takut terhadap
kebangunan kembali Agama Katolik di Inggris. Elizabeth
menampakkan dirinya bagai perisai menghadapi kebangunan itu. Dan ini merupakan
sumber penyebab pokok kepopulerannya di kalangan massa
Protestan Inggris yang besar itu.
Elizabeth
menangani politik luar negeri dengan cermat, luwes, dan berpandangan jauh. Di
awal-awal tahun 1560 dia merampungkan "Perjanjian Edinburgh"
yang menjamin penyelesaian damai dengan Skotlandia. Perang dengan Perancis
berakhir dan hubungan kedua negara membaik. Tetapi, angsur-berangsur keadaan
memaksa Inggris terlibat pertentangan dengan Spanyol. Elizabeth
berusaha menghindari perang, tetapi buat Katolik militan Spanyol abad ke-16,
perang antara Spanyol dengan Protestan Inggris sulit terelakkan. Pemberontakan
di Negeri Belanda melawan penguasa Spanyol merupakan faktor pembantu:
pemberontak Belanda umumnya penganut Protestan dan tatkala Spanyol menggenjot
pemberontak, Elizabeth membantu Negeri
Belanda, meskipun sebenarnya Elizabeth
pribadi tak punya gairah berperang. Umumnya rakyat Inggris seperti juga para
menteri dan parlemen lebih bernafsu angkat senjata daripada Elizabeth.
Karena itu, ketika perang dengan Spanyol akhirnya meletus juga di tahun 1580an,
Elizabeth peroleh dukungan kuat
rakyat Inggris.
Bertahun-tahun Elizabeth
secara tekun membangun Angkatan Laut Inggris; tetapi, Raja Philip II dari
Spanyol juga bergegas membangun armada besar --Armada Spanyol-- untuk melabrak
Inggris. Armada Spanyol punya kapal-kapal yang hampir seimbang banyaknya dengan
kepunyaan Inggris, tetapi kelasinya lebih sedikit; lebih dari itu, pelaut
Inggris lebih terlatih baik dan kualitas kapal serta persenjataan meriamnya
lebih bagus. Pertarungan pun pecah tahun 1588, dan pertempuran laut yang seru
itu berakhir dengan kekalahan mutlak pihak Spanyol. Sebagai akibat kemenangan
ini, Inggris menjadi mantap selaku kekuatan Angkatan Laut paling jempol di
dunia, posisi yang tetap dipegangnya hingga abad ke 20 ini.
Elizabeth
senantiasa cermat dalam soal keuangan. Di awal-awal pemerintahannya kondisi
keuangan kerajaan Inggris sungguh sehat. Tetapi-tentu saja cekcok dengan
Spanyol meminta biaya mahal dan di akhir pemerintahannya keadaan keuangannya
amat miskin. Tetapi, kendati kerajaan miskin, keadaan negara secara keseluruhan
berkondisi lebih makmur ketimbang pada waktu Elizabeth
melekatkan mahkota di ubun-ubunnya.
Pemerintahan Elizabeth selama empat puluh lima
tahun (dari tahun 1558 sampai 1603) sering dianggap "Jaman keemasan
Inggris." Beberapa penulis termasyhur Inggris, termasuk William
Shakespeare, hidup di jaman itu. Jelas-jelas Elizabeth
punya saham dalam perkembangan kultural ini. Dia beri semangat teater
Shakespeare menghadapi oposisi pemerintahan lokal kota
London. Tetapi, tak ada
perkembangan musik atau lukisan yang bisa menandingi perkembangan kesusastraan.
Era Elizabeth
juga menyaksikan bangkitnya Inggris selaku penjelajah. Ada
berulang kali perjalanan ke Rusia dan percobaan-percobaan oleh Martin Frobisher
dan oleh John Davis mencari jalan arah barat laut menuju Timur Jauh. Sir
Francis Drake berlayar keliling dunia (dari tahun 1577 hingga 1580),
menjejakkan kaki di California
dalam perjalanan itu. Juga ada percobaan yang gagal (oleh Sir Walter Raleigh
dan lain-lainnya) mendirikan pemukiman di Amerika Utara.
Kekurangan Elizabeth terbesar mungkin
ogah-ogahan menyediakan peluang buat pergantian tahtanya. Bukan saja dia tak
pernah kawin, tetapi dia selalu menghindari menetapkan penggantinya. (Mungkin
karena dia takut, jika dia tunjuk seseorang jadi penggantinya akan segera jadi
rivalnya). Apa pun alasan Elizabeth
tidak mau menyebut penggantinya, kalau saja dia mati muda (atau kapan saja
sebelum matinya Mary dari Skotlandia), Inggris mungkin sudah kecemplung dalam
kancah perang saudara sesudah penggantian. Nasib baik buat Inggris, Elizabeth
hidup sampai umur tujuh puluh tahun. Di atas tempat tidur menjelang rohnya
melayang, dia sebut Raja James II dari Skotlandia (putera Mary dari Skotlandia)
menjadi penggantinya. Meskipun ini berarti persatuan antara Inggris dan
Skotlandia di bawah satu mahkota, ini merupakan pilihan yang membingungkan.
Baik James maupun puteranya Charles I terlampau otoriter buat selera Inggris,
dan di abad tengah perang saudara pun meledaklah.
Elizabeth
punya kecerdasan yang melebihi orang biasa dan seorang politikus yang cakap,
tegas, punya pandangan luas. Berbarengan dengan itu dia punya kehati-hatian dan
konservatif. Dia mengidap ketidaksukaan berperang dan pertumpahan darah
meskipun jika diperlukan dia bisa bersiteguh. Seperti halnya ayahnya, dia
menjalankan pemerintahan dengan kerjasama parlemen dan bukan melawannya. Karena
dia tidak kawin, maka tampaknya dia masih perawan seperti dikemukakannya di
muka umum. Tetapi, tidaklah pula terlalu benar jika dianggap dia itu termasuk
jenis perempuan pembenci lelaki. Malah sebaliknya, dia jelas menyukai pria dan
gemar bergaul dengannya. Elizabeth
punya kemampuan memilih menteri-menterinya yang becus. Sebagian dari
hasil-hasil yang dicapainya antara lain berkat Williarn Cecil (Lord Burghley),
yang menjadi penasihat utamanya sejak tahun 1558 hingga matinya di tahun 1598.
Pokok-pokok keberhasilan Elizabeth
bisa diringkas sebagai berikut Pertama, dia memimpin Inggris selama tahap kedua
jaman pembaharuan tanpa pertumpahan darah yang berarti. (Berbeda dengan Jerman
di mana tiga puluh tahun perang (1618-1648) membunuh lebih dari dua puluh lima
persen penduduk, sungguh menyolok). Selain dia, meredakan rasa benci keagamaan
antara Katolik Inggris dan Protestan Inggris, dia berhasil pula menjaga
persatuan bangsa. Kedua, empat puluh lima
tahun pemerintahannya --Era Elizabeth-- umumnya dianggap jaman keemasan suatu
bangsa besar di dunia. Ketiga, adalah juga di masa pemerintahannya Inggris
muncul selaku kekuatan pokok, posisi yang bisa dipertahankannya berabad
berikutnya.
Kedudukan Elizabeth di dalam daftar urutan buku
ini punya keluar biasaan yang jelas. Pada pokoknya, buku ini merupakan daftar
para inovator besar, orang-orang yang mengedepankan gagasan-gagasan baru atau
membawa perubahan sesuatu keadaan. Elizabeth
bukanlah seorang pembaharu, bukan seorang inovator, dan garis kebijaksanaan
politiknya umumnya berhati-hati dan konservatif. Kendati begitu, banyak
kemajuan terjadi di masa pemerintahannya dibanding umumnya penguasaa yang
dengan sadar menghendaki kemajuan.
Elizabeth
tidak mencoba berhubungan langsung dengan persoalan gawat yang merupakan urusan
wewenang parlemen dan kerajaan. Tetapi, dengan cara hanya menjauhi diri menjadi
seorang despot, dia mungkin jadi pendorong utama hidupnya demokrasi di Inggris
daripada dia mengumumkan sebuah konstitusi demokratis. Elizabeth
tidak mencari kehebatan bidang militer dan pula tidak berminat membangun suatu
empirium besar. (Memang, di bawah Elizabeth,
Inggris tidaklah punya tanda-tanda sebuah empirium). Kendati begitu, dia
mewariskan Inggris Angkatan Laut terkuat di dunia dan meletakkan dasar-dasar
empirium Inggris yang menyusul kemudian.
Kebesaran empirium seberang lautan Inggris
diperoleh sesudah matinya Elizabeth,
paling tidak sebagian terbesamya. Banyak orang yang memainkan peranan penting
pembentukan empirium Inggris yang dalam beberapa hal bisa dianggap sebagai
hasil wajar ekspansi Eropa secara umum dan kedudukan geografis Inggris.
Haruslah pula dicatat bahwa banyak negara Eropa lain yang berpantaikan Samudera
Atlantik (Perancis, Spanyol dan bahkan Portugis) juga membangun empirium besar.
Lagi pula, peranan Elizabeth
mempertahankan Inggris dan ancaman Spanyol mudah dilebih-lebihkan. Jika dikaji,
tidaklah tampak Spanyol itu pernah merupakan ancaman serius terhadap
kemerdekaan Inggris. Haruslah diingat, pertarungan antara armada Inggris lawan
armada Spanyol sama sekali tidak terlalu berlangsung secara jarak dekat. (Tak
satu pun Inggris kehilangan kapalnya!). Dan lebih jauh dari itu, bahkan
andaikata Spanyol berhasil mendaratkan pasukan di Inggris, sukarlah dibayangkan
mereka dapat menaklukkannya. Angkatan bersenjata Spanyol tidak pernah mencapai
kemenangan yang mengesankan di mana pun di Eropa. Jika Spanyol tidak mampu
menumpas pemberontakan di negeri Belanda, jelaslah tak ada potongan dia bisa
menaklukkan Inggris. Menjelang abad ke-16, nasionalisme Inggris jauh lebih kuat
dari kemungkinan Spanyol bisa menaklukkannya.
Lantas di mana Elizabeth
mesti ditempatkan di daftar buku ini? Dasarnya dia tokoh lokal. Jika
dibandingkan dengan Peter yang Agung dari Rusia tampaknya tak setara. Ditilik
dari sudut fakta jelas Peter jauh lebih inovatif ketimbang Elizabeth.
Saya akan peroleh kesulitan meyakinkan orang Rusia yang punya pikiran jernih
bahwa Elizabeth ditempatkan lebih
tinggi dalam urutan dari Peter. Sebaliknya, diukur dari pentingnya peranan yang
dimainkan Inggris dan orang Inggris di abad-abad sesudah Elizabeth
adalah suatu kesalahan menempatkannya terlampau jauh di belakang Peter. Dalam
banyak hal, tampaknya jelas hanya sedikit raja-raja dalam sejarah punya
keberhasilan sebanyak Elizabeth.
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Perintis Babak Pembaruan Inggris : RATU ELIZABETH I 1533-1603"