HERNANDO CORTES 1485-1547 Sang Penakluk Meksiko
By agussodagar - Jumat, 28 September 2012
PERHATIAN BUAT PARA PEMBACA NEWS.TITUIT.COM
- Sebagian Artikel Berita Foto Video news.tituit.com ini berasal dari berbagai sumber yang ada di internet .
- Hak cipta Artikel,berita,foto,video news.tituit.com menjadi milik sumber berita ,artikel,video,foto dan materi terkait.
- News.tituit.com tidak ada maksud untuk membajak hak cipta karya manapun.
- Artikel,berita,foto,video materi news.tituit.com semata mata hanya untuk documentasi , selanjutnya untuk di manfaatkan sebagai media berbagi informasi dan silaturrahmi.
- Segala metari news.tituit.com hanya untuk pembelajaran guna menanamkan suka baca dan tulis .
- Jika ada yang tidak berkenan tulisanya di tampilkan di news.tituit.com , kami harap untuk melapor kepada admin, kami tidak keberatan untuk menghapus materi tersebut.
- Jika materi ini bermanfaat , saran kami jangan lupa memberi konstribusi kepada sumber materi terkait.
- Bila ada materi yang tidak di sebutkan sumbernya , kami mohon maaf.
Demikian pengumuman singkat terkait materi yang ada di news.tituit.com dan atas perhatianya kami ucapkan terimakasih, dan selamat membaca.
-67 HERNANDO CORTES 1485-1547
Dari keluarga bangsawan kecil, lahirlah
Heniando Cortes tahun 1485 di Medellin,
Spanyol. Apa istimewanya? Dia itulah penakluk Meksiko. Di masa muda bakal
penakluk ini belajar di Universitas Salamanca dalam ilmu hukum. Pada umur
sembilan belas tahun dia tinggalkan Spanyol mencari nasib untung di benua
sebelah barat sana yang baru saja
diketemukan. Tahun 1504 dia tiba di Hispaniola, dia
menetap di situ selaku seorang petani terhormat dan "Don Yuan" ukuran
lokal. Tahun 1511 dia ikut serta dalam penaklukan Spanyol terhadap Kuba.
Sesudah petualangan ini dia kawin dengan ipar gubernur kerajaan untuk Kuba,
Diego Velasquez dan ditunjuk jadi walikota Santiago.
Tahun 1518 Ve1asquez memilih Cortes jadi kapten
ekspedisi ke Meksiko. Sang gubernur, waswas terhadap ambisi Cortes segera
membatalkan perintahnya tetapi langkah itu sudah terlambat untuk menyetop
Cortes. Dengan 11 kapal, 110 kelasi, 553 tentara (termasuk dengan hanya 13
senjata api genggam dan 32 busur panah, 10 meriam berat, 4 meriam ringan dan 16
ekor kuda), Cortes berlayar bulan Februari 1519. Ekspedisi itu mendarat pada
hari Jum'at saat peringatan ulang tahun penyaliban Nabi Isa di tepi kota
yang kini bernama Veracruz.
Cortes berdiam dekat pantai barang sebentar, mengumpulkan segala informasi
hal-ihwal Meksiko. Dia dapat tahu, orang-orang Aztec yang memerintah Meksiko
punya ibukota yang besar terletak di pedalaman, punya simpanan metal berharga
mahal, dan dibenci oleh suku-suku Indian lainnya yang berada di bawah
kekuasaannya.
Cortes yang sudah punya keputusan bulat menuju
pedalaman, bergerak maju ingin menduduki daerah kekuasaan Aztec. Sebagian
prajurit-prajuritnya dicekam rasa takut menghadapi begitu besar jumlah lawan
yang mesti dihadapinya. Melihat gelagat yang bisa tidak menguntungkan itu,
sebelum bergerak Cortes menghancurkan armada ekspedisinya sehingga sang
prajurit tak punya pilihan lain, maju atau habis mati dibabat Indian.
Begitu mengambah pedalaman, Spanyol menghadapi
perlawanan gigih orang Indian suku Tlaxcalan, suku Indian yang bebas berdiri
sendiri. Tetapi sesudah orang-orangnya dikalahkan oleh Spanyol dalam suatu
kontak senjata yang dahsyat dan berlangsung lama, orang-orang Tlaxcalan
mengambil keputusan bergabung dengan Cortes menghadapi Aztec yang dibencinya.
Cortes melanjutkan gerakannya menuju Cholula,
tempat kediaman penguasa orang Aztec Montezuma II, yang sudah siap-siap dengan
rencana melakukan serangan mendadak melabrak Spanyol. Tetapi karena Cortes
sudah punya informasi lebih dulu mengenai niat orang Indian itu, dia gempur
lebih dulu dan melakukan penjagalan besar-besaran terhadap ribuan orang di Cholula.
Sesudah penumpasan itu dia terus menuju ibukota Tenochtitlan
(kini kota Mexico),
dan pada tanggal 8 Nopember 1519 masuk dan menduduki kota
tanpa perlawanan. Montezuma dipenjarakan, kemudian dijadikannya boneka. Dari
sudut ini tampaknya kerja penaklukan sudah dirampungkan secara tuntas.
Tetapi, pasukan Spanyol lain di bawah pimpinan
Panfilo de Narvaez mendarat dengan membawa perintah menangkap Cortes. Cortes
meninggalkan sebagian pasukannya di Tenochtitlan
dan bergegas memimpin sisa pasukannya kembali ke pantai. Di situ dia dapat
mengobrak-abrik pasukan Narvaez dan membujuk yang tersisa menggabung dengannya.
Tetapi, pada saat dia bisa kembali ke Tenochtitlan,
anak buah yang ditinggalkannya menentang orang-orang Aztec secara terlampau
batas. Pada tanggal 30 Juli 1520 meledak pemberontakan di Tenochtitlan
dan pasukan Spanyol yang mengalami kekalahan berat mundur ke Tlaxcala. Tetapi,
Cortes dapat peroleh tambahan pasukan dan di bulan Mei berikutnya dia kembali
menggempur Tenochtitlan. Kota
itu jatuh terebut tanggal 13 Agustus. Sesudah itu pendudukan Spanyol atas
Meksiko boleh dibilang aman meskipun Cortes masih harus melakukan pembersihan
di daerah-daerah taklukan di sekitar daerah pedalaman. Tenochtitlan
dibangun kembali dan diberi julukan baru "Meksiko Baru" dan menjadi
ibukota daerah jajahan Spanyol baru.
Menimbang betapa kecilnya pasukan yang dibawa
Cortes tatkala memulai ekspedisi, penaklukannya atas suatu negeri yang
berpenduduk lima juta betul-betul
suatu prestasi kemenangan militer yang luar biasa. Satu-satunya penaklukan atas
negeri berpenduduk yang begitu besar hanyalah yang dilakukan Fransisco Pizarro
atas Peru.
Sudah jamak jika orang bertanya-tanya bagaimana bisa dan mengapa bisa Cortes berhasil.
Memang, kuda dan senjata api yang dimilikinya suatu faktor penyebab. Tetapi,
dihitung dari jumlahnya yang tidak besar tidaklah cukup sebanding dengan hasil
sukses yang diperolehnya. (Perlu dicatat, dua ekspedisi Spanyol terdahulu tak
satu pun yang berhasil menetap dan membuat penaklukan permanen). Sudah barang
tentu kepemimpinan yang melekat pada diri Cortes, keberanian serta kemantapan
tekadnya merupakan penyebab utama kesuksesan. Faktor lain yang tak kurang
pentingnya adalah kemahiran diplomasinya. Cortes bukan saja menghindar
mendorong orang-orang Indian bersatu melawannya, tetapi dia berhasil membujuk
sejumlah orang-orang Indian bergabung dengannya menghadapi Aztec.
Cortes juga dibantu oleh dongeng Aztec mengenai
dewa Quetzalcoatl. Menurut dongeng Indian, dewa ini sudah keluarkan perintah
kepada orang-orang Indian dalam hal pertanian, pertambangan dan pemerintahan.
Sang dewa itu orangnya tinggi besar, berkulit putih dan berjanggut tebal.
Sesudah berjanji mengunjungi lagi orang-orang Indian, dia berangkat lewat
"lautan timur" yakni Teluk Meksiko. Buat Montezuma ini jangan-jangan
Cortes-lah dewa yang kembali dan ini jelas sekali tercermin dalam tingkah
lakunya. Dengan sendirinya, reaksi Montezuma menghadapi penjajah Spanyol lemah
dan tak punya pendirian tegas.
Faktor terakhir kesuksesan Spanyol adalah
keteguhan agamanya. Buat kita tentu saja penyerbuan Cortes tak bisa tidak satu
tindak agresi yang tiada maaf. Satu perbuatan keji tanpa adab. Sebaliknya
Cortes. Dia anggap dan yakin apa yang dilakukannya itu bisa dibenarkan secara
moral. Dia bisa berkata dan memang begitu dilakukannya dengan
bersungguh-sungguh kepada serdadu-serdadunya bahwa mereka pasti menang karena
mereka berada di pihak yang benar dan karena mereka berjuang di bawah
panji-panji Salib. Motivasi Cortes memang bersungguh-sungguh dan polos. Bukan
sekali dua kali mempertaruhkan risiko kesuksesan ekspedisinya dengan percobaan
berbahaya tanpa perhitungan untung-rugi untuk mengkristenkan orang-orang
Indian.
Kendati Cortes seorang diplomat jempolan ketika
berunding dengan Indian, dia tidak selalu berhasil dalam pergulatan politis
dengan lawan-lawannya sesama Spanyol. Raja Spanyol menghadiahkannya tanah-tanah
yang membuatnya kaya raya serta mengangkatnya jadi bangsawan tetapi
menggesernya dari kedudukan selaku Gubernur Meksiko. Cortes pulang ke Spanyol
tahun 1540 dan menghabiskan tujuh tahun sisa umurnya mengajukan usul-usul
kepada raja supaya sang baginda berkenan mengembalikan kedudukannya di
"Spanyol Baru." Usaha ini sia-sia belaka. Tatkala Cortes tutup umur
ditahun 1547 dekat Serville, Spanyol, dia merupakan seorang hartawan tetapi
dirundung pelbagai kegagalan. Tanah perkebunannya yang luas di Meksiko
diwariskan kepada puteranya.
Bahwa Cortes punya pembawaan serakah dan
ambisius, bukanlah rahasia lagi. Seorang pengagum yang mengenalnya dari dekat
melukiskannya selaku seorang yang kejam, congkak, serampangan, slebor dan gemar
bikin onar. Tetapi berbarengan dengan itu Cortes pun punya tabiat yang
mengagumkan: berani, penuh kepastian, dan cerdas. Umumnya dia berwatak
menyenangkan. Meski seorang pemimpin militer yang teguh, dia tidak ganas tanpa
alasan. Beda dengan Pizarro yang umumnya dibenci, Cortes bergaul rapat dengan
orang-orang Indian dan mencoba memerintah mereka dengan kebijakan dan bukan dengan
tangan besi. Cortes berwajah rupawan dan menawan, pokoknya selalu jadi inceran
lirikan sudut mata wanita.
Dalam wasiatnya Cortes berkata bahwa dia
sebetulnya tidak pasti benar apakah satu tindakan yang dibenarkan memperbudak
bangsa Indian. Pertanyaan ini membuatnya susah dan meminta anaknya supaya
mempertimbangkan soal ini masak-masak. Pada jamannya, sikap macam begini
teramatlah langka. Orang tak bakalan bisa membayangkan Fransisco Pizarro (atau
Christopher Colombus) ambil peduli terhadap soal-soal macam ini. Walhasil,
orang punya kesan Cortes adalah orang yang paling beradab dari semua penakluk
(Conquistador) Spanyol.
Cortes dan Pizarro dilahirkan di kota
yang berselisih jarak lima puluh
mil dan cuma berselisih waktu sepuluh tahun. Keberhasilan keduanya (yang
tampaknya punya hubungan famili) masing-masing mengesankan.
Keduanya menaklukkan daerah yang hakikatnya
berukuran sebuah benua, dan keduanya menancapkan pengaruh bahasa, agama,
kebudayaan. Hampir di seluruh daerah taklukan, kekuasaan politiknya hingga saat
ini tetap di pegang oleh keturunan Eropa.
Gabungan pengaruh antara Cortes dengan Pizarro
sedikit lebih besar ketimbang Simon Bolivar. Penaklukan mereka mengalihkan
kekuasaan politik di Amerika Selatan dari tangan orang Indian ke tangan orang
Eropa. Sedangkan penaklukan Bolivar hanyalah berhasil mengalihkan kekuasaan
politik dari tangan orang Spanyol ke tangan keturunan Eropa yang lahir di
Amerika Selatan.
Rasanya ingin menempatkan Cortes lebih tinggi
dalam urutan daftar buku ini daripada Pizarro karena penaklukannya terjadi
lebih dulu dan memberi ilham kepada Pizarro. Juga, perlawann orang Indian
belumlah berhenti ketika Pizarro meninggal dunia sedangkan Cortes boleh
dibilang berhasil menaklukkan Meksiko secara tuntas. Tetapi, menurut pendapat
saya hal-hal semacam itu agak tidak seimbang dengan pertimbangan-pertimbangan
lain. Gairah penaklukan Spanyol dan kelebihan persenjataannya jelas merupakan
ancaman baik buat Aztec maupun Inca. Peru,
yang terlindung oleh pegunungan punya kesempatan banyak untuk bertahan menjaga
kemerdekaannya. Keberanian Pizarro dan serangannya yang berhasil telah mengubah
jalannya sejarah dalam makna yang sebenar-benarnya.
Tetapi, wilayah kekuasaan Aztec tidaklah
bergunung seperti halnya Peru.
Dan pula, perbatasan Meksiko (tidak seperti Peru)
berada di Samudera Atlantik, karena itu lebih memudahkan pasukan Spanyol. Itu
sebabnya, tampak penaklukan Meksiko oleh Spanyol jauh lebih memungkinkan dan
mudah. Tetapi, tentu saja keberanian Cortes dan kepemimpinannya amat membantu
mempercepat proses penaklukan itu.
Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "HERNANDO CORTES 1485-1547 Sang Penakluk Meksiko"