Advertisement

Latest News

Cerita Sebuah Bangsa Dan Hierarki Maslow

By agussodagar - Rabu, 12 September 2012


 

Ini adalah cerita dari sebuah bangsa yang terhinakan oleh waktu.
Bangsa  yang  besar,  bangsa  yang  telah  mencapai  puncak  dan
terpelanting ke bawah kembali ke dasar.
Bangsa ini begitu dimanja dengan alamnya yang kaya raya. Alamnya
yang indah mempesona bagai surga, yang menyediakan kebutuhan
mereka sehari-hari tanpa perlu bersusah payah dalam berusaha.
Bangsa yang kebutuhan fisiologinya selalu tercukupi tanpa perlu
khawatir.
Sesuai  dengan  kata  Maslow,  mereka  yang  telah  terpenuhi
kebutuhannya akan suatu hal akan melanjutkan ke kebutuhannya
yang lain. Bagi bangsa ini, kebutuhan fisiologi bukanlah suatu hal
yang sulit sehingga mereka bisa beranjak ke  level berikutnya tanpa
perlu bersusah payah.
Karena  kebutuhan-kebutuhan  dasar  mereka  telah  terpenuhi,
kehidupan  mereka  telah  berfokus  pada  kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Mereka belajar tentang kebersamaan dan cinta. Mereka
belajar  tentang  penerimaan  diri  (self  esteem). Mereka  belajar
ilmu, seni, hingga mencapai kebermaknaan hidup mereka. Semua  itu
terangkum dalam kebudayaan mereka.
Mereka  telah  memahami  itu  ratusan  tahun  lalu.  Jauh  sebelum
psikologi  tumbuh  dan memahami  pentingnya  hal-hal  ini. Mereka
telah  maju  ratusan  tahun  dibanding  bangsa  lain. Mereka  telah
memahami nilai-nilai ini ketika bangsa lain masih sibuk memenuhi
 kebutuhan mereka yang paling dasar. Bangsa ini telah berada jauh
di  depan,  bahkan  saat  ini  pun  bangsa  lain  mungkin  belum  bisa
mengejarnya.
Namun waktu  berkata  berbeda. Waktu memaksa mereka  untuk
berubah.  Seiring  berjalannya  waktu,  alam  pun  tidak  bisa  lagi
memenuhi kebutuhan mereka yang paling dasar. Mereka tidak bisa
lagi  mengandalkan  alam  mereka  untuk  memenuhi  kebutuhan
mereka.
Mereka  bingung  dan  panik.  Selama  ini  mereka  belum  pernah
dihadapkan  persoalan  semacam  ini.  Selama  ini  mereka  sibuk
mempelajari  tentang  seluk  beluk  kebutuhan-kebutuhan  tingkat
atas  mereka.  Mereka  tidak  terbiasa  mengatasi  persoalan-
persoalan pemenuhan kebutuhan  tingkat bawah mereka.
Kini mereka terhinakan oleh bangsa lain. Ketika bangsa lain telah
berhasil mengatasi kebutuhan tingkat bawah mereka, bangsa  ini
bingung mengatasinya. Bangsa ini telah tertinggal jauh dalam hal
kebutuhan  tingkat bawah. Bangsa  ini  terpuruk.
Jadilah mereka dalam kebingungan. Mereka mulai tidak percaya
dengan  kebudayaan  mereka  yang  dahulu  karena  tidak  bisa
memecahkan  masalah  yang  mereka  hadapi  saat  ini.  Mereka
frustasi, dan mulailah mereka belajar dari bangsa  lain.
Mereka merasa semakin rendah diri ketika melihat apa yang dapat
dilakukan bangsa lain dalam memenuhi kebutuhan fisiologi mereka.
Mereka menjadi takjub akan kekuatan bangsa lain dan merendah
terhadap diri sendiri. Mereka merasa tidak memiliki sesuatu yang
dapat diunggulkan.
Tetapi tahukah mereka? Jauh dibalik kehinaan mereka, bangsa  lain
takjub  terhadap  mereka  yang  telah  berhasil  mencapai  tingkat
tertinggi  dalam  piramida  Maslow.  Nilai-nilai  tersebut  jauh
tertanam dalam budaya mereka yng kini mulai mereka tinggalkan.
Budaya  yang  mereka  buang,  namun  bangsa  lain  justru  sedang
berusaha menciptakannya.
Mungkin bangsa  ini  tidak begitu  paham  tentang bagaimana  cara
memenuhi kebutuhan yang paling dasar. Tetapi bangsa ini sangat
paham bagaimana cara memenuhi kebutuhan tingkat atas. Waktu
yang  membuat  bangsa  ini  terhinakan,  waktu  juga  yang  akan
membuat  dunia  sadar  bahwa  bangsa  ini  telah  jauh  lebih  unggul
daripada bangsa  lain.

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

0 komentar for "Cerita Sebuah Bangsa Dan Hierarki Maslow"

Leave a Reply

Advertisement