Benarkah Kita Ingin Seperti Mereka!?
By agussodagar - Selasa, 11 September 2012
Ah, orang Indonesia memang pemalas. Coba lihat di jam kerja
seperti ini banyak pegawai yang hanya duduk-duduk saja
mengobrol dengan teman sebelahnya. Herannya lagi, hal seperti ini
berlangsung setiap saat dari pagi hingga pagi lagi.
Kita yang dalam bekerja pun tidak maksimal. Kerja hanya
setengah-setengah yang penting selesai. Etos kerja yang sangat
rendah. Datang terlambat, istirahat molor, pulang duluan. Di
kantor pun tak tahu apa yang dikerjakan. Bekerja dengan sangat
cepat bagai kura-kura. Bekerja segan, nganggur pun tak mau.
Meremehkan pekerjaan kita, dan meremehkan masalah yang ada.
Terlambat menjadi nama julukan yang telah meresap ke sendi-
sendi.
Kerja bagi kita hanya berbatas pada uang bukan ambisi atau cita-
cita. Tak ada kah semangat dari dalam diri kita untuk bekerja
sepenuh hati mengorbankan, jiwa, raga, harta, dan waktu demi
pekerjan kita?
Pelajar dan mahasiswa pun sama saja. Kita di kelas yang sibuk
bermain hape dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan. Kita
yang belajar hanya semalam sebelum ujian dan karena ujian,bukan
karena mereka ingin tahu. Kita yang mencari angka-angka dalam
selembar kertas dan bukan pengetahuan. Kita yang rela membolos
untuk urusan kita di luar sementara tidak rela masuk untuk
menuntut ilmu.
Begitu pula kita yang mengerjakan tugas sehari sebelum
dikumpulkan. Tidak ada keinginan dan ketertarikan sama sekali
dalam diri mereka. Tugas adalah beban. Itu saja. Dan hasil dari
pendidikan semacam ini ya pegawai semacam itu.
Hukum pun dianggap sebagai sebuah formalitas dan bukan
kesepakatan bersama demi kebaikan bersama. Kita memakai helm
karena takut kena tilang. Menerobos lampu merah pun tak apa asal
jalanan sepi. Polisi pun menilang berdasar tanggal di kalender.
Tata tertib dianggap sebagai banyolan. Hukum ada untuk dilanggar
menjadi slogan dimana-mana bahkan di kalangan aparat hukum.
Bahkan kalangan terpelajar pun menjadi golongan anti-sistem.
Andai orang Indonesia itu memiliki totalitas dalam bekerja dan
belajar, tentu negara ini tidak akan jauh berbeda dari negara-
negara Barat dan Amerika. Ah coba kita seperti mereka.
Benarkah kita ingin seperti mereka?
Coba kita lihat. Mereka bekerja keras, dari pagi hingga malam
penuh totalitas. Lalu siapa yang mengurus anak-anak mereka jika
pagi hingga malam mereka bekerja? Lalu untuk apa suami istri
tinggal serumah jika tidak pernah bertemu? Lalu untuk apa
keluarga?
Mereka membangun rumah-rumah indah untuk pembantu mereka
.Mereka melahirkan putra-putri mereka untuk diasuh oleh sekolah.
Itu biasa saja sebenarnya, tapi apakah kita memang ingin
demikian?
Mereka bekerja sangat keras. Belajar dengan penuh pengorbanan.
Menaati aturan dengan kaku. Stress mejadi makanan sehari-hari
mereka. Masalah menebabkan mereka bunuh diri. Dan hari libur
mereka habiskan untuk mabuk-mabukan melepaskan segala
masalah yang hinggap dikepala mereka. Mereka yang menjalani
hidup seperti dikejar setan. Hidup mereka dihabiskan untuk
masalah-masalah yang mereka besar-besarkan sendiri. Sedangkan
kita melihat masalah hanya sebagai lalat terbang di antara
indahnya pemandangan alam dengan usus yang panjang. Benarkah
kita ingin seperti mereka itu?
Meyer Friedman berkata bahwa mereka orang tipe A, kita tipe B.
Mereka hidup untuk bekerja. Kita hidup untuk menikmatinya. Lalu
kamu hidup untuk apa? Jadi orang pragmatis emang lebih enak
daripada jadi orang perfeksionis.
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Benarkah Kita Ingin Seperti Mereka!?"