Merek Biasa Jadi Mahal Karena Gengsi
By Jasa Iklan - Rabu, 10 Oktober 2012
PERHATIAN BUAT PARA PEMBACA NEWS.TITUIT.COM
- Sebagian Artikel Berita Foto Video news.tituit.com ini berasal dari berbagai sumber yang ada di internet .
- Hak cipta Artikel,berita,foto,video news.tituit.com menjadi milik sumber berita ,artikel,video,foto dan materi terkait.
- News.tituit.com tidak ada maksud untuk membajak hak cipta karya manapun.
- Artikel,berita,foto,video materi news.tituit.com semata mata hanya untuk documentasi , selanjutnya untuk di manfaatkan sebagai media berbagi informasi dan silaturrahmi.
- Segala metari news.tituit.com hanya untuk pembelajaran guna menanamkan suka baca dan tulis .
- Jika ada yang tidak berkenan tulisanya di tampilkan di news.tituit.com , kami harap untuk melapor kepada admin, kami tidak keberatan untuk menghapus materi tersebut.
- Jika materi ini bermanfaat , saran kami jangan lupa memberi konstribusi kepada sumber materi terkait.
- Bila ada materi yang tidak di sebutkan sumbernya , kami mohon maaf.
Demikian pengumuman singkat terkait materi yang ada di news.tituit.com dan atas perhatianya kami ucapkan terimakasih, dan selamat membaca.
-Merek biasa juga bisa dibeli dengan mahal - karena Gengsi
Kalau merek-merek di atas memang diciptakan untuk menjangkau
kalangan kelas atas, di kasus ini semua merek bisa dibeli hanya
karena gengsi.
Berapa harga sebotol coca-cola di supermarket? Rata-rata 1200
rupiah.
Kalau di jual di Grand Hyatt ? wah... bisa 15 – 20 ribu sebotolnya.
Apa yang terjadi disini? Botolnya sama, produknya sama, ukurannya
sama, bahannya sama, bahkan pabriknya pun sama.... benar-benar
sama.
Yang berbeda lokasinya, di Hotel-hotel berbintang disediakan minibar
yang berisi minuman dan snack sama seperti yang sering anda jumpai
di supermarket.
Harganya minimal 10 kali lipat dari harga biasa, mengapa? Karena
yang membeli mampu membelinya, dan saya rasa jarang sekali ada
tamu hotel berbintang yang sengaja keluar hotel untuk mencari
minuman murah.... meskipun mahal ya tetap saja dibeli.... sekali lagi
karena Gengsi.
Apakah hanya kalangan menengah keatas yang bisa membeli karena
gengsi?
Tidak... coba anda perhatikan di lingkungan perumahan tipe 21,
konsep ini sering digunakan oleh para sales sepeda motor.
Kalangan menengah kebawah juga punya gengsi (nb: itulah penyebab
utama kehidupannya tidak berubah).
Banyak sekali orang membeli motor karena tetangganya kemarin
habis beli motor. Hanya sekedar ingin menunjukkan bahwa dia mampu
membeli.
Jadi seorang sales yang berhasil menjual di suatu tempat (misal
perumahan) dapat dipastikan ordernya akan berkesinambungan di
tempat yang sama.
Menurut Rudi (seorang sales motor yamaha), setelah dia berhasil
menjual di sebuah perumahan, keesokannya ia mendatangi para
tetangga konsumennya tersebut dan mengatakan : ”Pak X baru saja
beli motor dari saya, mumpung promo pak, bapak ambil sekalian nanti
saya bantu urus kreditnya...”
”Itu adalah bahasa yang paling ampuh” menurut penuturan Rudi.
Sebagian besar mau nyicil motor yang ia jual. Dengan cara itu
targetnya selalu tercapai tiap bulannya.
Ya... Gengsi bisa menjadi kekuatan anda.
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Merek Biasa Jadi Mahal Karena Gengsi"